MENTAL PEMBANTU
Upss..
Judulnya mungkin gak enak didengar. Tapi, ini kenyataan yang biasa kita temui
di lingkungan kita sehari-hari.
Rakyat
Indonesia boleh berbangga diri sebagai warga negara berkembang yang terbilang
bisa hidup enak. Maksudnya, kebanyakan warga kelas menengah saja bisa menggaji
seorang pembantu, atau istilah kerennya Asisten Rumah Tangga. Di negara maju,
kecuali kamu keturunan bangsawan atau benar-benar kaya, kamu harus (membantu)
melakukan pekerjaan rumah tanggamu sendiri. Mencuci piring dan membersihkan
rumah adalah sebagian pekerjaan yang harus dihadapi sehari-hari. Bandingkan
dengan kebanyakan dari kita yang nggak perlu repot-repot mencuci piring, menyapu
atau mencuci bajunya karena sudah ada pembantu yang melakukan semuanya bagi
kita.
Memang
siih.. tanpa pembantu, kita bakalan jadi repot. Apalagi waktu menjelang
Lebaran. Biasanya bisa leha-leha nonton TV, karena pembantu mudik nggak jarang
Mama menyuruh kita melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan si mbak di rumah.
Tapi coba deh pikir-pikir, ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari
dari mereka, lohh.
1.
Pernah nggak kamu jengkel karena udah ngasih tahu sesuatu sama si mbak tapi dia
nggak juga melakukan tepat seperti yang kamu katakan? Banyak orang
mengalaminya. Mama teman saya pernah cerita dengan jengkel pada suaminya soal
si pembantu yang katanya 'nggak ngerti-ngerti padahal udah dikasih tahu
berulang-ulang' itu. Lantas, jawab suaminya 'Ya jangan marah dong. Kalo dia
pinter, nggak bakalan jadi pembantu..'. Hehehe. Jawaban yang sangat tepat!
Inilah poinnya: Kita harus mengembangkan diri: entah mendengarkan nasehat atau
saran orang lain, membaca buku, apa saja yang diperlukan untuk menambah wawasan
kita. Jika tidak, kita akan berakhir dengan pekerjaan biasa-biasa saja yang
tidak akan berkembang!
2.
Ini kisah saya sendiri. Pembantu di rumah kami janji akan datang langsung
setelah Lebaran. Ditunggu sampai Syawal, tidak juga datang. Dihubungi berulang-ulang,
ponselnya tidak juga aktif. Akhirnya suami saya minta tolong makelar pembantu
untuk menanyakan keberadaannya. Beberapa hari kemudian, si pembantu mengirim
SMS katanya akan datang minggu depan, karena harus membantu ibunya yang sedang
'sangat repot'. 'Oke', kata suami saya. 'Nggak papa'. Tapi tak lama kemudian,
datang juga SMS dari si makelar PRT yang menyatakan bahwa si pembantu masih
betah di rumah, 'belum pengen berangkat kerja karena teman-temannya yang lain
juga belum pada berangkat', begitu katanya. Hmghh.. ketahuan bohongnya kaan..
Poinnya adalah: jangan pernah berbohong. Sekecil apapun. Jika sampai ketahuan,
kita sendiri yang akan malu. Kebohongan adalah indikasi nyata tentang siapa
kita. Iblis adalah bapa pembohong, jadi jika kita suka berbohong, maka kita
adalah anak-anaknya!
3.
Mantan ART kami (yang tidak menginap) pernah kedapatan membawa pulang sekantong
beras. Memang nggak terlalu banyak, sih. Mungkin hanya 1/2 kilo, tapi cukup
untuk membuat saya kecewa. Masalahnya, dia berani bersumpah bahwa beras itu dia
beli di warung dekat rumah. (Well, sekali berbohong, orang akan berbohong lagi
untuk menutupi kebohongan sebelumnya). Waktu saya ancam untuk memecatnya,
barulah dia ketakutan dan mengakui perbuatannya, yang katanya 'khilaf' itu.
Kata teman saya, memang biasa itu. ART yang tidak menginap memang biasa membawa
barang dari rumah majikannya. Entah 2 biji sendok, entah bumbu-bumbu dapur,
pokoknya barang yang kelihatannya nggak bakal dicari oleh sang majikan! Nah
lho! Poinnya: jangan mengambil apa yang bukan hak kita. Entah itu berupa
barang, pujian hingga kekasih orang. Selama sesuatu belum diberikan kepadamu,
maka itu bukan kepunyaanmu. Jika kamu mengambilnya dengan cara paksa, entah
bagaimana hal itu akan dirampas secara paksa juga darimu kelak. Ini hukum alam
yang tak bisa diubah.
4.
Mantan ART kami yang lain lagi pernah kehilangan ayam yang saya suruh goreng.
Saya suruh dia menggoreng 10 potong ayam plus 2 rempela ati yang berakhir
dengan 9 potong ayam. Waktu ditanya mana rempela atinya? Dia jawab nggak tahu,
padahal dia ingat menggorengnya. Saya jadi heran. Entah dimakan tikus, entah
dimakan setan (masa setan makan rempela ati?), yang jelas si pembantu bersumpah
tidak tahu di mana hilangnya 2 potong rempela ati dan sepotong ayam tersebut. Maksud
saya, kalo dimakan ya sudah nggak papa. Kalo toh dia mau bawa pulang, mbok ya
bilang dulu. Jangan nyerobot gitu dong. Pake sumpah-sumpah segala, lagi..
Intinya, jadilah orang yang bertanggung jawab penuh atas apa yang kita lakukan.
Jangan jadi pengecut. Jika kita berbuat, akui saja. Jika kita menginginkannya,
katakan. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Jangan bertindak
sembunyi-sembunyi. Jadilah seorang yang bisa dipercaya dalam hal sekecil
apapun, supaya pada kita dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar..
5. Ada mantan ART kami yang suka laporan. 'Bu, kamar Ibu sudah saya bersihkan. Tuh, jadi bersih banget kan.. Tadi kan berantakan sekali..'. (Iyalah, wong saya punya 2 monster kreatif yang super usil di kamar saya!). Atau pada suami saya 'Pak, halaman depan sudah saya bersihkan. Sekarang jadi bersiiih sekali. Coba lihat deh, Pak..'. (Ya ampuuun.. Itu kan emang kerjaan elu!) Saya suka kesal. Tapi dengan sedikit akting saya suka tersenyum manis dan menjawab 'Iya.. makasih ya mbak..'. Tapii, yang menjengkelkan adalah, giliran dikasih tahu kesalahannya dia suka cari alasan. Saya jadi suka naik darah. Makan puji iya, dikasih tau, nggak mau. Ngajak berantem banget.. Demikianlah sikap ART yang suka mengesalkan. Nggak mau ketemu masalah. Maunya dipuji-puji, maunya yang enak-enak (kadang kalo masakan di rumah kurang berkenan, suka nggak mau makan!), sekali kena tegor mengunci diri di kamar. Ingatlah bahwa setiap kesukaran adalah peluang bagi kita untuk mengembangkan otot-otot mental kita. Saya percaya bahwa setiap orang sukses adalah orang yang sudah berhasil melalui setiap ujian kesukaran dengan nilai memuaskan. Jika tidak, ya itu tadi: kita takkan pernah sukses. Perhatikanlah : Orang-orang yang dipromosikan adalah orang-orang yang cakap menangani masalah, bukannya mereka yang lari dari masalah.
5. Ada mantan ART kami yang suka laporan. 'Bu, kamar Ibu sudah saya bersihkan. Tuh, jadi bersih banget kan.. Tadi kan berantakan sekali..'. (Iyalah, wong saya punya 2 monster kreatif yang super usil di kamar saya!). Atau pada suami saya 'Pak, halaman depan sudah saya bersihkan. Sekarang jadi bersiiih sekali. Coba lihat deh, Pak..'. (Ya ampuuun.. Itu kan emang kerjaan elu!) Saya suka kesal. Tapi dengan sedikit akting saya suka tersenyum manis dan menjawab 'Iya.. makasih ya mbak..'. Tapii, yang menjengkelkan adalah, giliran dikasih tahu kesalahannya dia suka cari alasan. Saya jadi suka naik darah. Makan puji iya, dikasih tau, nggak mau. Ngajak berantem banget.. Demikianlah sikap ART yang suka mengesalkan. Nggak mau ketemu masalah. Maunya dipuji-puji, maunya yang enak-enak (kadang kalo masakan di rumah kurang berkenan, suka nggak mau makan!), sekali kena tegor mengunci diri di kamar. Ingatlah bahwa setiap kesukaran adalah peluang bagi kita untuk mengembangkan otot-otot mental kita. Saya percaya bahwa setiap orang sukses adalah orang yang sudah berhasil melalui setiap ujian kesukaran dengan nilai memuaskan. Jika tidak, ya itu tadi: kita takkan pernah sukses. Perhatikanlah : Orang-orang yang dipromosikan adalah orang-orang yang cakap menangani masalah, bukannya mereka yang lari dari masalah.
6.
Tepat hari pertama sesudah libur panjang kami pergi ke sebuah toko bahan kue.
Entah karena hari pertama bekerja, entah masih capek liburan, entah bagaimana
beberapa pelayan toko yang melayani kami kelihatan kurang bersemangat. Yang
satu seperti kurang mendapat pelatihan, karena banyak barang yang saya tanyakan
dia nggak ngerti. Yang lainnya kelihatan malas-malasan. Saya jadi sebal. Cuma
mau beli nggak sampe 5 item barang jadi lama sekali karena kelambatan pegawainya.
Suami saya bilang gini. 'Yang begini nih yang nggak bisa dipercaya. Makanya
banyak bos yang hanya menerima karyawan dengan tipe tertentu karena mereka giat
bekerja. Nggak kayak orang-orang yang malas-malasan begini. Makanya banyak dari
mereka hanya mandek sebagai pembantu, nggak bisa lebih. Cuma kerja begini aja
nggak becus. Gimana bisa naik pangkat..'. Saya jadi berpikir. Benar juga. Papa
saya pernah bilang 'Kalo kamu bekerja, apapun pekerjaan itu, bekerjalah seperti
kamu yang memilikinya. Entah itu toko, entah itu perusahaan, apapun itu. Dan
bekerjalah sampai kamu bisa memilikinya..'. Maksudnya, bekerjalah dengan
semangat. Lakukan segala sesuatu seolah-olah kamu melakukannya bagi dirimu,
bukan hanya bagi bossmu atau orang lain. Selama tidak demikian, kamu akan
selamanya dalam posisi yang begitu-begitu saja. Jika kamu bersekolah, mengambil
kursus atau apapun, lakukanlah untuk kepentinganmu sendiri, bukan karena orang
tua memaksamu. Bagaimanapun, masa depanmu yang dipertaruhkan, jadi jangan
sia-siakan kesempatan itu. Jangan malas-malasan. Bersemangatlah! Paksa dirimu
untuk bekerja keras, karena kamu sendiri yang akan menerima upahnya!
Yeaahh..
Maaf kalo sudah sedikit curcol.. tapi itulah yang saya renungkan tentang
kehidupan. Ternyata kekurangan orang lain pun dapat menjadi pemicu bagi kita
untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Jangan memiliki mental pembantu.
Milikilah mental pejuang, atau mental pengusaha, yang selalu berupaya mencari
peluang di tengah krisis. Carilah mana yang benar-benar tepat untuk kamu
lakukan. Berubahlah.
0 Response to "Artikel Motivasi "Mental Pembantu""
Posting Komentar